Rabu, 31 Maret 2010

LATIHAN EMOSI

LATIHAN EMOSI

Perkembangan teknologi semakin cepat terutama teknologi informasi (TI), baik secara hardware maupun software. Perkembangan ini harus diikuti dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM). Dengan alasan ini Lembaga kami mengadakan pelatihan TI, mulai dari tingkat operator hingga programer.

Hmmm… sebenarnya daku ingin cerita saja tentang pengalamanku atau tepatnya kesimpulan ketika hasil pelatihan dipraktekkan dan dikaitkan dengan pelatihan emosi. Pelatihan emosi sangat menentukan kedewasaan berpikir dan berpendapat. Pernah kah anda mengikutinya ? Caranya mudah… koq. Bila dicermati apa yang para blogger lakukan, pastilah mudah untuk mengerti cerita berikut ini :

Sedikit kilas balik, mengenang sejarah. Berawal dari lomba Blog di tahun 2008 dengan kriteria pemenang antara lain memiliki pengunjung terbanyak dan desain blog. Tentu saja, untuk menarik perhatian pengunjung, kita diharuskan membuat naskah semenarik mungkin dan memperbaharui tampilan. Selain itu, kita harus bersilahturahmi ke lain blog dan mengomentarinya dengan harapan kunjungan balik. Kaitannya dengan pelatihan emosi ? Mari kita perhatikan, komen yang masuk di blog kita masing-masing. Hasilnya beraneka ragam komen yang didapat, mulai dari yang mengagumi sampai mengritik, mulai dari yang nyambung sampai OOT. Pertanyaannya adalah apa reaksi kita saat membaca komen para bloger. Jawabannya pun dapat diketahui dari tindakan siempunya blog mulai dari yang menggunakan moderasi sampai SPAM. Memang kritik, saran atau masukkan menyakitkan meskipun bertujuan membangun. Di sini lah, tingkat emosi kita diuji dengan tanya jawab melalui kolom komen. Dan dapat diketahui khalayak ramai.

Setelah Blog, daku belajar memanfaatkan fasilitas Webquest sebagai pembelajaran secara mandiri bagi siswa dan guru. Pada webquest, kita dapat menemui sebuah kasus atau tugas bagi siswa dan cara menggunakan fasilitas ini sebagai media pembelajaran dan kunci belajar bagi guru. Untuk belajar mandiri memang bagus namun tidak terdapat interaksi di dalamnya karena kita tak dapat memberi komen. Secara teori, fasilitas ini merupakan komunikasi satu arah. Jawaban dari tugas yang diberikan atau pertanyaan bila siswa tak paham, disalurkan melalui surel (surat elektronik). Tingkat emosi pun tak tampak jelas karena komunikasi tertutup, hanya pengirim dan penerima surat saja yang merasakannya. Bahkan untuk mengetahuinya pun harus menunggu respon atau tanggapan atas surel yang kita kirimkan. Bila tak ada jawaban, kita hanya menemui tanda tanya di diri ini.

Webquest selesai, selanjutnya mempelajari Wiki. Untuk pengujian tingkat emosi, di bagian ini lah yang terberat. Dikatakan demikian karena sebuah naskah digarap bersama-sama dan membutuhkan kesepakatan penggunaan gaya bahasa, isi dan susunan naskah. Permasalahan muncul bila naskah kita diedit secara on-line. Bisa saja kata, kalimat atau tulisan kita diperbaiki bahkan dapat dihapus semuanya. Siapapun dapat melakukannya tanpa bertanya terlebih dahulu, tapi hanya memberi alasan penghapusan. Itu pun jika ingin diutarakan. Namun admin sangat berkuasa karena dapat memunculkan kembali ke wacana awal atau terdahulu/sebelumnya sesuai komitmen/aturan main. Admin berfungsi sebagai kontrol praktek vandalisme.

Kembali ke … pelatihan emosi. Melatih emosi (EQ) berarti melatih otak kanan. Sedangkan otak kiri yang bertanggungjawab terhadap IQ telah dilatih melalui jalur pendidikan. Dan dapat dibayangkan… bahwa pelatihan nalar (IQ) membuat otak kiri dominan. Sedangkan otak kanan terdesak, terhimpit dan mengalami stres. Sudah saatnya kita melatih emosi untuk menyeimbangkannya. Tapi ini semua kembali pada diri anda.

Maukah ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar